Fakultas Teknologi Pertanian IPB Tidak Dibubarkan! Ini Pernyataan Tegas dari Dekan FTP

Fakultas Teknologi Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian – Isu liar kembali mengguncang dunia pendidikan tinggi Indonesia. Kali ini, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) IPB University menjadi sasaran pemberitaan simpang siur. Desas-desus yang menyebut bahwa FTP akan dibubarkan atau digabung ke fakultas lain langsung menyulut keresahan di kalangan mahasiswa, alumni, dan civitas akademika. Namun, semua kegaduhan ini akhirnya dijawab dengan tegas dan blak-blakan oleh Dekan FTP sendiri. Tidak tanggung-tanggung, sang Dekan membantah keras dan menyebut kabar itu tidak berdasar, menyesatkan, dan membahayakan kredibilitas institusi pendidikan.

Pernyataan Tegas: Tidak Ada Pembubaran Fakultas

Dalam konferensi pers internal dan sejumlah pernyataan resmi yang disebar ke berbagai media, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Prof. Yandra Arkeman, angkat bicara mengenai isu pembubaran FTP situs slot depo 10k. Dengan nada serius dan penuh tekanan, Prof. Yandra menyatakan bahwa kabar tersebut sama sekali tidak benar.

“Fakultas Teknologi Pertanian IPB tidak dibubarkan. Tidak ada rencana pembubaran, penghapusan, atau peleburan FTP dengan fakultas lain. Semua itu hoaks. Kami masih berdiri, aktif, dan tetap menjadi garda depan inovasi teknologi pertanian di Indonesia,” ujarnya lantang.

Pernyataan tersebut tidak hanya menjadi bantahan biasa. Kalimat demi kalimat yang diucapkan mengandung kemarahan yang terpendam akibat penyebaran informasi yang tidak akurat dan cenderung merusak. Dalam wawancara lanjut, Prof. Yandra bahkan menantang pihak-pihak yang menyebarkan informasi keliru untuk menunjukkan bukti konkret. Menurutnya, hanya orang dengan kepentingan tertentu yang ingin melihat FTP di pinggirkan dari percaturan akademik IPB.

Narasi Perampingan Organisasi yang Dipelintir

Lalu dari mana isu ini bermula? Dugaan awal mengarah pada proses penataan struktur kelembagaan di IPB University yang tengah berlangsung. Dalam upaya efisiensi dan optimalisasi birokrasi akademik, pihak rektorat IPB memang tengah meninjau kembali beberapa skema organisasi, termasuk kemungkinan penguatan klaster ilmu atau penggabungan departemen.

Namun, yang terjadi di lapangan malah berbeda. Narasi “penataan” berubah menjadi “penghapusan”, dan celakanya, banyak pihak menelan informasi itu mentah-mentah. Padahal, fakta yang sesungguhnya adalah FTP tetap akan eksis, namun ada kemungkinan bahwa struktur internal, seperti program studi atau departemen, akan di perkuat atau di sesuaikan.

Sungguh ironi bonus new member 100. Upaya restrukturisasi demi kebaikan malah di sulap menjadi propaganda pembubaran. Keresahan mahasiswa pun tak terelakkan. Banyak yang menyuarakan penolakan terhadap kebijakan yang bahkan tidak pernah resmi di umumkan. Mereka menuntut kejelasan, padahal sumber kekacauan adalah informasi setengah matang yang di makan bulat-bulat oleh publik.

Kebanggaan FTP: Pilar Teknologi Pertanian Nasional

Yang membuat isu ini semakin menyakitkan adalah kenyataan bahwa FTP adalah salah satu fakultas tertua dan paling berpengaruh di IPB. Di dirikan sejak 1964, FTP telah melahirkan ribuan lulusan yang kini tersebar di berbagai sektor strategis nasional. Peran FTP dalam pengembangan teknologi pascapanen, sistem agroindustri, bioproses, hingga ketahanan pangan nasional sudah tidak terbantahkan lagi.

Tidak sedikit riset-riset unggulan nasional berasal dari laboratorium FTP. Banyak inovasi alat dan teknologi pertanian—yang bahkan sudah di gunakan petani dan industri—berasal dari tangan dingin dosen dan mahasiswa FTP. Maka, wajar jika civitas akademika FTP merasa geram dan marah ketika institusinya dikabarkan “di bubarkan”.

Dalam wawancaranya, Prof. Yandra juga menegaskan bahwa FTP sedang berada dalam masa kebangkitan. Jumlah mahasiswa terus meningkat, riset terus berkembang, dan kolaborasi dengan industri semakin erat. “Kami justru sedang dalam fase ekspansi. Tidak ada alasan untuk membubarkan sesuatu yang sedang tumbuh,” tegasnya dengan nada penuh determinasi.

Kritik terhadap Media dan Penyebar Hoaks

Di tengah kekisruhan ini, kritik tajam juga di arahkan ke media dan individu yang sembarangan menyebarkan informasi. Prof. Yandra dengan sangat terang-terangan menyebut bahwa sebagian media terlalu cepat memuat isu tanpa verifikasi. Bahkan ada media yang memuat artikel dengan judul sensasional tanpa menghubungi pihak fakultas terlebih dahulu. Hal ini mencederai etika jurnalistik dan memperburuk situasi.

Media sosial juga menjadi biang kerok situs slot bet kecil. Berbagai akun anonim mulai menggulirkan narasi “penghapusan FTP” dengan bumbu konspirasi yang membakar emosi publik. Tanpa klarifikasi, informasi ini meluas, di bagikan ratusan kali, dan menciptakan kepanikan yang sebetulnya tidak perlu.

Pertanyaannya kini: siapa yang di untungkan dari semua kekacauan ini? Siapa yang sebenarnya bermain di balik layar untuk mencoreng nama FTP? Apakah ada motif politik kampus? Atau sekadar ekses dari budaya konsumsi informasi instan yang tanpa pikir panjang?

Harapan dan Seruan dari Dekan FTP

Di akhir pernyataannya, Prof. Yandra menyampaikan harapan besar. Ia mengajak semua pihak, baik dari dalam maupun luar kampus, untuk kembali kepada semangat ilmiah: berbicara berdasarkan data, bertindak berdasarkan etika, dan membangun berdasarkan kebenaran.

Baca juga: https://www.pajakartapusat.com/

“FTP adalah rumah bagi inovasi. Kami tidak akan goyah hanya karena isu murahan. Kami di sini untuk bertahan, berkembang, dan menang. Siapa pun yang ingin menjatuhkan FTP akan berhadapan dengan fakta, integritas, dan sejarah panjang kami,” tutupnya dengan suara lantang.

Isu pembubaran itu kini terbantahkan. Tapi luka yang di tinggalkan oleh kabar palsu ini tidak akan mudah sembuh spaceman slot. Kepercayaan publik harus di pulihkan. Dan di atas semuanya, integritas akademik harus di tegakkan, tanpa kompromi.